PERILAKU SOSIAL ANAK JALANAN
Tugas mata kuliah “Ilmu Sosial Budaya Dasar”
Pembimbing:
Erna Nur Kholidah, M. Pd.
Disusun oleh:
1.
Ahmad
Rizqi Rohmatullah (932213511)
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah SWT yang dengan perkenan-Nya maka makalah“ PERILAKU SOSIAL ANAK
JALANAN “ dapat terselesaikan dalam bentuk yang sangat sederhana ini.
Makalah ini penulis susun berdasarkan kebutuhan Perkuliahan . Dengan
harapan makalah ini dapat dipergunakan sebaik mungkin.
Rampungnya makalah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, terkhusus kepada Dosen Pembimbing mata kuliah “
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) “. Demikian pula ucapan terima kasih kepada
semua teman–teman, serta semua pihak yang tidak sempat disebut satu persatu.
Semoga makalah ini dapat menjadi
inspirasi bagi para pembacanya dan memberikan manfaat dalam pengembangan
khazamah keilmuan, khususnya dalam peningkatan kualitas pengetahuan, oleh
karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menerima segala perbaikan dari
pembaca demi pelebaran kibasan saya pengetahuan penulis.
Akhirnya, mudah – mudahan
Tuhan Yang Maha Esa tetap mencurahkan rahmat- Nya kepada kita . Amiin
Kediri, 19 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
COVER/JUDUL
..................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR ISI
.......................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ..........................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah
.................................................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulis ..........................................................................................
.2
1.4 Metode
Penulisan
......................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan karakteristik Anak Jalanan ..............................................
3
2.2 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Timbulnya Anak Jalanan ................. 6
2.3 Pengaruh
Lingkungan Terhadap Perilaku Sosial Anak Jalanan ...............8
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan ............................................................................................10
3.2 Saran
......................................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Fenomena masalah anak jalanan merupakan isu global
yang telah mencapai titik mengkhawatirkan. Situasi anak jalan di Indonesia
cukup memprihatinkan karena sampai saat ini masalah-masalah anak
khususnya pada anak-anak yang berada di jalanan belum mendapat perhatian yang
serius dari pemerintah. Jumlah anak yang tinggal di jalanan terus menerus
meningkat dan pemerintah pun tidak mempunyai data anak yang tinggal di jalanan.
anak jalanan merupakan seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan
phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang
terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya. Adanya anak
jalanan sering kali merugikan orang lain misalnya berkata kotor, mengganggu
ketertiban jalan, merusak body mobil dengan goresan dan lain-lain. Selain itu
permasalahan anak jalan juga adalah sebagai objek kekerasan. Mereka merupakan
kelompok sosial yang sangat rentan dari berbagai tindakan kekerasan baik fisik,
emosi, seksual maupun kekerasan sosial. selain itu, lingkungan juga sangat
mempengaruhi kepribadian dan perilaku sosial anak jalanan. dimana tempat
mereka tinggal banyak preman, membuat anak jalanan tidak memiliki
perilaku social yang baik terhadap masyarakat maupun di lingkungan tempat
tinggal nya. untuk itu, kami akan membahas pengaruh lingkungan terhadap
perilaku sosial anak jalanan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga masalah anak jalanan semakin marak?
2. Bagaimana
lingkungan mempengaruhi perilaku sosial anak jalanan ?
3. Bagaimanakah
solusi penanganan anak-anak jalanan?
1.3 Tujuan
Penulisan
Untuk menambah wawasan pengetahuan
tentang permasalahan sosial khususnya pengetahuan terhadap intervensi komunitas
dalam penanggulangan anak jalanan.
1.4 Metode
Penulisan
Untuk menulis makalah ini penulis
mempergunakan jenis penulisan deskriptif dan mempergunakan data Sekunder. Data
ini diperoleh dari buku-buku, tulisan-tulisan, pendapat para ahli dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sekarang ini kurang valid dan data ini
diperoleh dengan cara menggunakan studi melalui perpustakaan atau dokumen,
artikel koran dan internet. Dalam hal ini penulis menggunakan metode kualitatif
diskriptif, yaitu menggambarkan keadaan obyektif dilapangan yang dimaksud
dengan metode ini adalah bahwa data yang terkumpul akan diolah dan dihubungkan
dengan isi, yang kemudian dianalisa dan diinterpretasikan atas dasar cara
berpikir yang deduktif dalam mendapatkan suatu kesimpulan dimana disesuaikan
dengan peraturan yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
dan Karakteristik Anak Jalanan
Istilah anak jalanan pertama kali
diperkenalkan di Amerika selatan, tepatnya di Brazilia, dengan nama Meninos
de Ruas untuk menyebut kelompok anak-anak yang hidup di jalanan dan tidak
memiliki ikatan dengan keluarga. Istilah anak jalanan berbeda-beda untuk setiap
tempat, misalnya di Columbia mereka disebut “gamin” (urchin atau
melarat) dan “chinces” (kutu kasur), “marginais” (criminal atau marjinal) di
Rio, “pa’jaros frutero” (perampok kecil) di Peru, “polillas” (ngrengat) di
Bolivia, “resistoleros” (perampok kecil) di Honduras, “Bui Doi” (anak dekil) di
Vietnam, “saligoman” (anak menjijikkan) di Rwanda. Istilah-istilah itu
sebenarnya menggambarkan bagaimana posisi anak-anak jalanan ini dalam
masyarakat.
Pengertian anak jalanan telah banyak
dikemukakan oleh banyak ahli. Secara khusus, anak jalanan menurut PBB adalah
anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain
atau beraktivitas lain. Anak jalanan tinggal di jalanan karena dicampakkan atau
tercampakkan dari keluarga yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan
dan kehancuran keluarganya. Umumnya anak jalanan bekerja sebagai pengasong,
pemulung, tukang semir, pelacur anak dan pengais sampah. Tidak jarang
menghadapi resiko kecelakaan lalu lintas, pemerasan, perkelahian, dan kekerasan
lain. Anak jalanan lebih mudah tertular kebiasaan tidak sehat dari kultur
jalanan, khususnya seks bebas dan penyalahgunaan obat.
Menurut Soedijar (1989) dalam
studynya menyatakan bahwa anak jalanan adalah anak usia antara 7 sampai 15
tahun yang bekerja di jalanan dan tempet umum lainnya yang dapat mengganggu
ketentraman dan keselamatan orang lain serta membahayakan dirinya sendiri.
Menurut Putranto dalam Agustin (2002) dalam studi kualitatifnya mendefinisikan
anak jalanan sebagai anak berusia 6 sampai 15 tahun yang tidak bersekolah lagi
dan tidak tinggal bersama orang tua mereka, dan bekerja seharian untuk
memperoleh penghasilan di jalanan, persimpangan dan tempat-tempat umum.
Dalam penjelasan salah satu buku anak jalanan adalah anak yang sebagian besar
menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau
tempat-tempat umum lainnya[1].
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa “anak
jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan phsykis)
yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang
terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya.”
Berdasarkan hasil kajian lapangan,
secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok[2]:
1.
Children on
the street
Yakni anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi – sebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih mempunyai
hubungan yang kuat dengan orangtua mereka. Sebagian penghasilan mereka
dijalankan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi
keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung tidak
dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.
2.
Children of
the street
Yakni anak-anak yang berpartisipasi
penuh dijalankan, baik secara social maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka
masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekwensi pertemuan mereka
tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab
biasanya kekerasan atau lari dari rumah.
3.
Children
from family of the street
Yakni anak-anak yang berasal dari
keluarga yang hidup dijalanan. Meski anak-anak ini mempunyai hubungan
kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu
tempat ke tempat yang lai dengan segala resikonya[3].
Salah satu cirri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan
sejak masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini
dengan mudah ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang
rel kereta api dan pinggiran sungai walau secara kwantitatif jumlahnya belum
diketahui secara pasti.
Karakteristik anak jalanan terbagi dua yaitu:
a.
Ciri fisik
-
Warna kulit
kusam
-
Rambut
kemerahan
-
Kebanyakan
berbadan kurus
-
Pakaian
tidak terurus
b. Ciri psikis
-
Mobilitas
tinggi
-
Acuh tak
uacuh
-
Penuh curiga
-
Sangat
sensistif berwatak keras
-
Kreative
-
Semangat
hidup tinggi
-
Berani
tanggung resiko
-
Mandiri
2.2 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Timbulnya Anak Jalanan
Kehadiran anak jalanan merupakan
sesuatu yang sangat dilematis. keberadaan anak jalanan tentunya mempunyai latar
belakang dan motivasi yang berbeda, salah satu motivasi mereka menjadi anak
jalanan karena tekanan social ekonomi orang tuanya yang tidak cukup untuk biaya
hidup sehari-hari, kemudian berangkat dari keinginan untuk membantu orang tua
mereka, maka mereka melakukan pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki, ada
pula anak jalanan yang melakukan pekerjaan tersebut demi mendapatkan uang
untuk biaya hidupnya.
Tiga tingkatan penyebab keberadaan anak jalanan :
1. Tingkat
mikro (immediate cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya
2. Tingkat
messo (underlying causes), yaitu faktor yang ada di masyarakat
3. Tingkat
makro (basic cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro.
Pada tingkat mikro sebab yang bisa
diidentifikasi dari anak dan keluarga yang berkaitan tetapi juga bisa berdiri
sendiri, yakni :
1. Lari dari
keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus,
berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.
2. Sebab dari
keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan
dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau kekerasan di rumah, kesulitan
berhubungan dengan keluarga/tetangga, terpisah dengan orang tua, sikap-sikap
yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak
menghadapi masalah fisik, psikologis dan social.
Pada tingkat messo (masyarakat),
sebab yang dapat diidentifikasi meliputi :
1. Pada
masyarakat miskin, anak-anak adalah asset untuk membantu peningkatan keluarga,
anak-anak diajarkan bekerja yang berakibat drop out dari sekolah.
2. Pada
masyarakat lain, urbanisasi menjadi kebiasaan dan anak-anak mengikuti kebiasaan
itu.
3. Penolakan
masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon criminal.
Pada tingkat makro (struktur
masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Ekonomi
adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan
keahlian, mereka harus lama dijalanan dan meninggalkan bangku sekolah,
ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi.
2. Pendidikan
adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang diskriminatif, dan
ketentuan-ketentuan teksis yang birokratis yang mengalahkan kesempatan belajar.
3. Belum
beragamnya unsur-unsur pemerintahan yang memandang anak jalanan antara sebagai
kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan kesejahteraan) dan pendekatan
yang menganggap anak jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah (security
approach/pendekatan keamanan).
2.3 Pengaruh
Lingkungan Terhadap Perilaku Sosial Anak Jalanan
Perilaku anak jalanan selalu
berada dalam situasi rentan dalam segi perkembangan fisik, mental, sosial
bahkan nyawa mereka. melalui stimulasi tindakan kekerasan terus menerus,
terbentuk sebuah nilai-nilai baru yang cenderung mengedepankan kekerasan
sebagai cara untuk mempertahakan hidup. Ketika memasuki usia dewasa,
kemungkinan mereka akan menjdai salah satu pelaku kekerasan dan eksploitasi
terhadap anak-anak jalanan lainnya. Disamping itu anak jalanan dengan keunikan
kerangka budayanya, memiliki tindak komunikasi yang berbeda dengan anak yang
normal. komunikasi intra budaya anak jalanan dapat menjelaskan tentang proses,
pola, perilaku, gaya, dan bahasa yang digunakan mereka. aspek-aspek tersbut
tampak manakala berkomunikasi sesama teman, keluarga, petugas keamanan dan
ketertiban, pengurus rumah singgah, dan lembaga pemerintah.
Anak jalanan yang sudah terbiasa
dalam lingkungan rumah singgah dan anak jalanan yang “liar”, memiliki perilaku
yang berbeda dan komunikasi yang berbeda. Perilaku komunikasi interpersonal
sendiri berlangsung dalam situasi; memaksa, otoritatif, konflik, mengganggu (teasing),
membiarkan (bebas), sukarela, dan rayuan. Komunikasi interpersonal
melalui pesan verbal dan nonverbal, secara spesifik disesuaikan dengan
kepentingan dalam menjalankan aktivitas di jalanan. Pesan verbal
mayoritas berupa istilah/kata; yang berhubungan dengan kekerasan/konflik,
panggilan khas (sebutan) kepada orang atau konteks jalanan, aktivitas jalanan
dan pekerjaan. Pesan nonverbal yang disampaikan berbentuk: gestural, intonasi
suara, mimik muka (facial), artifaktual, isyarat bunyi,
pakaian (fashion), panataan pakaian/asesoris (grooming) dan
penampilan (manner). Anak jalanan memaknai peran diri dalam
keluarga dan masyarakat, sebagai inidividu yang mandiri (tanggung jawab pada
diri dan keluarga), otonom (berusaha melepasakan ketergantungan), dan
individu yang berusaha memiliki relasi sosial dalam konteks di jalanan.
Konstruksi makna peran diri itu
sendiri dibangun secara kreatif dan dinamis di dalam interaksi sosial
anak dengan orang-orang dalam lingkungan jalanan. Selanjutnya, hasil interaksi
sosial anak-anak dengan orang-orang dalam lingkungannya membentuk
konstruksi makna secara subyektif dan obyektif tentang orang dewasa, aturan dan
prinsip-prinsip yang berkembang dalam konteks jalanan.
Dengan demikian, perilaku social
anak jalanan dengan masyarakat tidak baik, karena perubahan sikap, cara
komunikasi yang kasar, memaksa, brutal, tata cara bicara yang buruk, gaya
bahasa, pakaian yang tidak rapi, rambut yang di warnai membuat masyarakat tidak
senang dengan anak jalanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Walaupun pengertian anak jalanan memiliki konotasi yang negative, namun
pada dasarnya dapat juga diartikan sebagai anak-anak yang bekerja di jalanan
yang bukan hanya sekedar bekerja di sela-sela waktu luang untuk mendapatkan
penghasilan, melainkan anak yang karena pekerjaanya maka mereka tidak
dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani dan
intelektualnya.
3.2 SARAN
Untuk menyelesaikan masalah anak jalanan, kita berharap bahwa Negara mempunyai
kewajiban untuk membebaskan mereka dari kemiskinan. kemiskinan jangan dipakai
sebagai kambing hitam, tetapi kemiskinan structural, tindakan-tindakan Negara
yang harus melindungi mereka baik itu di jalanan, melindungi mereka dari
hak-hak mereka mendapat akses pendidikan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Http:// Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas.
Http://anak jalanan dan
penyakit sosial
Http://faktor yang
berpengaruh pada fenomen anak jalanan
Http://peran diri anak
jalanan dan komunikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar